Selasa, 18 Oktober 2011

Apa Itu Hipertensi?



Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita hipertensi atau tekanan darah tinggi jika tekanan darah sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan diastolik lebih besar daripada 90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik. Dalam banyak kasus, kedua tekanan itu mengalami kenaikan.
Tekanan darah sistolik (angka atas) adalah tekanan puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan mempompakan darah keluar melalui arteri. Sementara tekanan darah diastolik (angka bawah) diambil ketika tekanan jatuh ke titik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali.
Peningkatan tekanan pada hipertensi erat kaitannya dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah lembut (periferal). Meski faktor penyebabnya bermacam-macam, tapi pusatnya adalah ketidakseimbangan sistem renin-angio-tensin, yang berperan penting dalam pengaturan tekanan darah.
Hipertensi, yang umumnya berkembang saat umur paruh baya, lebih banyak menyerang pria dan wanita pascamenopause. Sejarah keluarga yang memiliki hipertensi mempertinggi risiko; sama seperti merokok, dislipidemia, diabetes mellitus, kegemukan, pendidikan, dan status sosioekonomi yang rendah.
Anda perlu curiga menderita hipertensi jika secara konsisten tekanan darah menunjuk angka 140/90 mmHg atau lebih. Bagi mereka yang sehat (umur 18 ke atas), tabel di bawah bisa memandu apa yang harus Anda lakukan berdasarkan pemeriksaan tekanan darah awal.
Rekomendasi tersebut sangat tergantung pada pembacaan tekanan darah Anda yang telah lewat, faktor risiko kardiovaskular lainnya, dan adanya penyakit lain. Konsultasi dokter jika perlu.

Artikel Penyakit Jantung Koroner, Faktor Resiko Dan Pencegahan



Posted November 4, 2010 by mputrakusuma. Filed under Info sehatKesehatan umum.
Artikel Penyakit Jantung Koroner, Faktor Resiko Dan  Pencegahan
Penyakit Jantung Koroner merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia dan  di Indonesia. Penyakit ini seringkali menyebabkan kematian mendadak tanpa adanya gejala yang mendahuluinya.
Penyakit jantung Koroner (PJK) terjadi akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen pada otot jantung dengan penyediaan yang diberikan oleh pembuluh darah koroner. Akibatnya otot jantung menjadi kekurangan oksigen sehingga dapat menimbulkan gangguan yang  cukup serius pada jantung.
Gangguan PJK terletak pada pembuluh darah koroner kelainanya berupa proses perkapuran (aterosklerosis) dalam berbagai tingkat mulai dari penyempitan ringan sampai suatu saat terjadilah penyumbatan total dari dinding pembuluh darah. Penderita biasanya mengeluh nyeri dada sebelah kiri seperti rasa tertekan. Kadangkala nyeri menjalar ke lengan kiri ataupun ke dagu. Faktor resiko terjadinya aterosklerosis dibedakan menjadi 2, yaitu :

Faktor  Resiko Dapat Dikendalikan,

  • Merokok
  • Hipertensi
  • Kencing Manis
  • Hiperkolestrol
  • Obesitas (kegemukan)
  • Stress
  • Pemakaian Obat Tertentu (Steroid)
Faktor  Resiko Tidak  Dapat Dikendalikan
  • Umur
  • Laki-laki
  • Riwayat penyakit jantung pada keluarga

Upaya  Pencegahan

Usaha pencegahan terhadap PJK tentunya dengan mengendalikan faktor-faktor resiko diatas. Tindakan pencegahan dapat dilakukan secara bertahap, mulai dari pencegahan primer, sekunder,dan tertier pencegahan primer adalah upaya mencegah PJK sejak dini sebelum terlihat adanya penyakit upaya yang telah diarahkan kepada uasaha promotif seperti kampanye anti rokok dan menganjurkan kebiasaan melakukan olahraga kepada Masyarakat. Mendidik masyarakat tentang pola makan sehat juga merupakan pencegahan primer. Dengan cara menganjurkan mengkomsumsi makan  kaya serat dan rendah kolestrol.
Makanan seperti tempe dan tahu yang masih dianggap sebagai makanan kelas bawah oleh sebagian masyarakat ternyata sangat baik untuk melindungi kesehatan jantung.
Keunggulan tempe :
  • Tempe memiliki kandungan protein,asam lemak tak jenuh dan serat yang tinggi.Tempe mempunyai efek menurunkan kadar kolestrol total dan Kolestrol LDL serta dapat meningkatkan Kolestrol HDL.
  • Secara tidak langsung tempe juga mempunyai afek anti aterogenik yang mampu mencegah timbulnya PJK.
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah serangan ulangan pada orang yang sudah pernah terkena PJK.
Bentuk pencegahan sekunder seperti penderita diharapakan melakukan pola gaya hidup sehat dengan menghentikan kebiasaan merokok, mematuhi petunjuk olahraga, mengatur pola makan sehat serta mengendalikan penyakit yang dimilikinya seperti hipertensi, kencing manis dan kegemukan.
Pencegahan tertier merupakan program rehabilitasi guna meningkatkan kualitas hidup penderita dan mencegah kecacatan lebih lanjut. Sumber : leaflet PT. Askes